Ferlina Tjengharwidjaja
11140110043
“Aku lebih pilih ga dilahirkan daripada harus kembali lagi jadi
laki-laki”
Manoharon
terlihat tegas dan yakin menjawab ketika diberikan pertanyaan usil, “Lebih
pilih kembali jadi cowok atau tidak dilahirkan Man?” Aku pun mengangguk sambil
terkikih menanggapi pernyataannya. Dua jam berada di kediamannya membuatku
cukup banyak mengenali latar belakang, sembari perlahan merasakan luka batin
yang membuat seorang Aron berubah drastis menjadi Manoharon. Ada Aron dalam
Manoharon, ada masa lalu dalam masa depan.
.
. . . . . .
Ingatanku
kembali ke masa delapan tahun lalu ketika aku mengajar seorang anak laki-laki
untuk menjadi petugas upacara bendera. Begitulah tradisi di Sekolah Dasar
Katolik Sang Timur, siswa/siswi kelas enam SD akan mengajarkan adik kelasnya
bagaimana menjadi petugas upacara. Kala itu aku tidak kenal baik siapa
laki-laki yang aku ajar. Entah bagaimana karena memang ingatanku pun telah usang,
aku pun tahu bahwa nama anak laki-laki itu adalah Aron.
Waktu
bergerak cepat dan aku melupakan Aron. Hubungan kami memang tidak terjaga,
karena aku hanya berkomunikasi dengannya sebatas latihan upacara saja. Yang ku
ingat dia adalah laki-laki dan merupakan adik kelasku. Hingga tiba-tiba
telingaku memanas karena orang-orang di sekitarku terus membicarakan Aron –
Mano – Aron – Mano – Manoharon. Terlebih lagi Manoharon menjadi bintang tamu di
Mels Update SCTV. Beritanya menjadi ramai terdengar terutama di kalangan
orang-orang yang pernah mengenalnya. Berikut kabar bahwa Manoharon betul-betul
Aron yang aku pernah kenal dahulu.
Manoharon
adalah perpaduan nama Manohara dan Aron Hasiholan. Usianya masih belia, baru 18
tahun. Gayanya centil dan menawan layaknya wanita kebanyakan, berambut palsu pirang
putih panjang. Kuku-kukunya terawat dan dicat kuku berwarna merah terang.
Cincin dan gelang menghiasi jari-jari dan pergelangan tangannya yang berwarna.
Tak lupa wajahnya yang padat dengan lemak kini padat dengan make up pula. Aku
tidak bisa tidak mencium wangi tubuhnya yang semerbak, karena dari jarak 100cm pun aku masih bisa mencium bau
parfumnya. Terlebih , pandangan mataku tidak bisa lepas dari bibirnya yang
berwarna merah.
Sembari menjaga posisi
duduknya karena menggunakan rok ketat, tangannya asik memainkan rambut ‘palsu’
panjang yang terawat . “Aku udah begini sejak aku awal SMA,” tuturnya kalem bak
wanita sesungguhnya.
“Awalnya
aku gak berani dress up kayak begini,
tapi lama kelamaan aku jadi berani ya,” ujarnya mengakui kehadiran Lady Gaga adalah
motivatornya untuk berani tampil beda seperti saat ini.
Kala
itu Mano yang masih duduk di bangku sekolah dasar sudah menanggapi pesan
otaknya, bahwa dirinya merasa ‘beda’ dengan laki-laki pada umumnya. Hatinya
lebih mudah tersentuh dan gampang sekali menangis. Hal ini juga tidak luput
dari keadaan rumah tangga kedua orang tuanya yang kerap kali menuai keributan
dan ketidaktentraman di dalam rumah. Pertengkaran demi pertengkaran kedua orang
tua membuat batin Mano terluka dan hatinya dapat dibilang menjadi peka.
“Jadi
aku gampang aja menangis. Cowok kan biasanya lebih kuat ya, tapi aku kok
ngerasa kayak aku lebih ke perempuan gitu. Sering kangen juga sama orang tua
aku,” ungkap empunya tinggi badan 163cm ini.
Menanggapi
perasaan yang timbul secara spontan di dalam batinnya, Aron saat itu menjadi lebih suka mencoba
tas-tas perempuan. Kemudian high heels
dan akhirnya berlanjut sampai berani mengubah segalanya, mulai dari ujung
kepala hingga ujung kaki. Naluri wanitanya pun mulai terbentuk, apalagi ketika
berbicara. Bentuk mukanya memang laki-laki, tidak bisa dipungkiri itu masih
sangat terlihat . Tetapi bila diperhatikan dengan saksama, pola wajahnya
seperti perlahan-lahan ikut berubah menjadi seorang wanita.
“Ya,
aku memang mau merubah diri aku seluruhnya. Ini kan masih proses. Aku mau
operasi dan yang paling buat berubah banget aku mau terapi hormon,” ucapnya antusias.
Remaja
yang lahir pada 22 Desember 1995 ini bertekad akan mengikuti terapi hormon
seperti yang telah dianjurkan oleh orang-orang pada umumnya. Tanpa ada rasa
takut dan seperti sudah mantab akan pilihan hidupnya ini, Mano telah
menjalankan terapi itu mulai saat ini.
“Iya
tapi saat ini baru minum pil nya gitu, sehari tiga kali minum. Sejenis pil KB deh,
pokoknya ini kayak obat hormonal gitu,” jelasnya.
Obat
hormonal yang berbentuk pil ini nantinya akan memberikan efek samping dalam
kurun waktu satu hingga dua tahun, seperti pinggang yang mulai terbentuk
mengarah ke bentuk pinggang wanita, kemudian dada, sampai merasakan sakit
seperti sakit wanita kebanyakan yang akan kedatangan tamu bulanan (haid).
“Aku
akan serius ikutin terapi ini, biar jadinya aku memang jadi kayak wanita
betulan, karena memang impianku adalah menjadi wanita.” lanjutnya lagi tetap sembari
memainkan rambutnya yang tertiup angin. Terapi hormon ini pun akan berlanjut
dengan operasi fisik secara keseluruhan sehingga bentuk tubuh laki-lakinya akan
terlebur sebagai kenangan semata.
George
Pieter dan Jenifer Tampubolon. Dua insan yang Tuhan titipkan buah hati untuk
dibina dan dibimbing agar memiliki akhlak yang mulia bak Sang Khalik. Kedua
orang ini tidak mau banyak bicara, bahkan untuk menemui keduanya pun sangatlah
sulit. Ditambah lagi dengan penyakit struk yang diderita oleh sang Ayah, membuat
lelaki berusia 53 tahun ini sulit untuk berinteraksi. Hanya bahasa nonverbal
sajalah yang lelaki ini dapat lakukan. Sedangkan sang Ibu yang menunaikan tugas
mulia sebagai seorang pengajar tidak dapat ditemui. Entah, apa karena memang
bagi mereka ini adalah sebuah aib yang tidak dapat diterima? Aku pun masih
bertanya-tanya.
“Mamaku
gak mau banyak bicara, kemarin pas di Mel’s
Update juga dia gak mau buka suara. Dia emang gak terima. Kalau papaku, ya
dia juga ga terima. Tapi akhirnya dikasih pandangan bahwa aku begini ya akibat
dari mereka juga,” cerita pengguna high
heels 15cm ini, masih sembari memainkan rambut palsunya. Sempat terbisik di
pikiranku ketika lagi-lagi melihat kukunya yang panjang terawat, ‘beda sekali sama gua yang wanita tulen’ .
Manoharon
kemudian melanjutkan ceritanya, persis dengan profesi guru yang dilakoni sang
Ibunda, wanita yang membimbingnya sedari kecil itu pun harus berani nrimo dan belajar bertoleransi seperti
materi pendidikan kewarganegaraan yang diajarkannya dalam kehidupan
bersosialisasi dengan makhluk sosial lainnya. Menurutnya, sang mama pun
akhirnya menerima, sekalipun dengan celotehan bahwa hal tersebut jangan sampai
merugikan dirinya sendiri, terlebih orang lain.
Bagi
manusia pada umumnya, perpindahan jenis kelamin baik dari laki-laki menjadi
perempuan atau perempuan menjadi laki-laki adalah hal yang tidak lumrah.
Keberadaan orang-orang seperti itu selalu dipandang sebelah mata. Ya, karena
memang apa Yang Maha Kuasa ciptakan, telah dirubah dengan kekuatan fisik
manusia yang hendak menyerupai Sang Pencipta. Apabila sudah terlanjur , apa
yang dapat diperbuat?
Diantara
pro dan kontra masyarakat akan kehadiran Manoharon, seperti yang terlihat jelas
di media sosial twitter dan instagram, pemilik cita-cita fashion designer ini tetap memiliki teman-teman yang mendukungya.
Sekalipun hinaan dan caci maki terhadapnya tidak bisa dibilang sedikit, seperti
prinsip hidupnya “Don’t judge book by
it’s cover” , Mano dapat terbilang cukup tangguh dalam menghadapi
kenyataan. Ya, bahwasanya setiap hal yang ada di bumi ini akan selalu
menimbulkan pro kontra. Masalah selera, paham, keyakinan, semuanya akan menjadi
landasan berpikir seseorang untuk setuju ataupun tidak setuju.
“Gua
temenan bertiga sih yang deket, Junita dan Ibeth. Dulu sering banget main
bareng. Aku main dari SD sih sama mereka, hehehe,” ujar Mano mengenang
masa-masa SDnya. Ketika masih kecil, pecinta hermes ini memang sudah bergaul
dengan wanita. Kepolosan anak kecil tentulah tidak membuat Mano berpikir bahwa
dia akan berubah drastis seperti ini.
Junita
Catarina Frecilia pun tak keberatan ketika ditanya mengenai Mano. Gadis yang
akrab disapa ‘Juni’ ini mampu bercerita panjang lebar, seakan kisah
persahabatannya dengan Aron tak kunjung habis. Sulit juga untuk menutup kisah
persahabatan, sekalipun sahabat yang dulu dikenal tidak lagi sama. Apalagi,
kisah klasik itu telah ada sejak mereka masih duduk di bangku taman
kanak-kanak.
“Kenal
sama Aron itu dari TK, kan sama-sama TK di Sang Timur. Tapi kita pisah waktu
SMP,” tuturnya melalui voice note,
salah satu aplikasi perekam suara yang Jun kirimkan melalui blackberry messenger. Suara berat itu
terdengar asik dan lepas bertutur mengenai manusia ciptaan Sang Kuasa yang
tetap dipanggilnya ‘Aron’ hingga sekarang.
“Buat
gua ya Aron itu tukang gosip, gaul, baik dan loyal sama teman. Aron beda sama
Mano. Bedanya Mano itu jaim, ya karena di TV. Kalau Aron itu ya tanpa make up, seadanya aja,”
Sekalipun
Junita tidak dapat ditemui langsung, obrolan via voice note tersebut cukup membuatku memahami suatu hal. Teman
adalah orang yang ada di sekitarmu ketika kamu sukses. Tetapi sahabat, dia
adalah orang yang ada di sampingmu dan mendukung apapun yang kamu buat demi
kebahagiaanmu. Klise, tapi aku jadi tahu rasanya mengapa setiap manusia-manusia
yang dianggap abnormal pun tetap memiliki seseorang yang disebut sahabat. Ya,
karena ada hati yang mau menerima. Ada sahabat yang tahu bagaimana kamu mendaki
kesuksesan tersebut.
“Gua
mau temenan sama Aron dan Manoharon, ya karena gua gak punya masalah apa-apa
sama dia. Hak dia juga untuk jadi kayak gitu. Gua juga gak punya hak buat
ngelarang,” rekaman suara itu terus berputar-putar di kepalaku, menegur jiwa
yang mulai berkeliaran karena mencoba memahami lebih banyak lagi makna
kehidupan.
“Pertama2
pangling sih waktu ngeliat Mano, apalagi kalau jalan sama dia. Ada banyak orang
yang ngeliatin. Ada yang pandangannya ngeledek, ada yang pandangannya negatif.
Apalagi kalau ngeliat nenek-nenek ngeliatin Aron,” Junita terdiam beberapa
detik sebelum melanjutkan ucapannya yang mampu membuatku tersenyum jenaka
membayangkannya.
“Yaaaaa,
liat sendiri ajalah bagaimana nenek-nenek ngeliatin Aron,” sambungnya tetap
dengan ciri khas suaranya. Serak, berat, dan santai.
Berbicara
mengenai pandangan negatif, cemoohan dan sorakan tidak suka kepada sosok
Manoharon yang pernah menjadi bintang tamu di salah satu stasiun televisi ini
memang kental sekali. Julukan penipu, tukang bohong, dan suka berimajinasi
kerap kali terdengar kepada pemilik akun twitter @manoharon yang telah
digandrungi 2268 followers. Biar
begitu, Manoharon tetap santai menanggapinya.
“Cuma
orang-orang sirik dan gabisa sukses aja yang sibuk jelek-jelekin aku. Lagipula,
kalau mereka emang gasuka, kalau emang haters,
kenapa mereka masih follow aku?”
“Tinggal
klik unfollow aja kok repot sih,”
tanggapnya lagi.
Memasuki
usia remaja yang akan bertumbuh menjadi dewasa, Mano pun mulai tertarik kepada
‘lawan’ jenis. Karena memang hatinya sudah menyerupai wanita, maka dia pun
memilih jatuh hati kepada laki-laki. Asing kah terdengarnya? Seorang laki-laki
yang belum berubah seutuhnya menjadi wanita menaruh hati kepada laki-laki jua?
Se-kontroversial apapun pernyataan tersebut, jawabannya tetap pada praktik
kehidupan nyata. Yap, ada laki-laki yang mau menerima Manoharon sebagai
kekasihnya.
“Aku
lagi pacaran sama cowo, lebih tua. Aku selalu pacaran sama cowo yang lebih tua
karena lebih dewasa aja,” ceritanya mengenai lelaki yang selalu dihubunginya
melalui smartphone hitamnya.
Penggemar nasi gudeg ini mengaku bahwa sosok Mano adalah sosok yang manja dan
usil. Mano ingin hidupnya dilengkapi dengan seseorang yang mampu menuruti dan
mengayomi kemanjaannya tersebut
Ada
Aron dalam Manoharon, ada masa lalu dalam masa depan. Karena semua yang terjadi
saat ini adalah akibat dari masa lalu. Semua orang hanya mampu terpana, antara
suka tidak suka melihat sosok gempal laki-laki berambut panjang pirang, merias
wajah, pewarna bibir merah menor, berbaju wanita, bersepatu hak tinggi 15cm!
Hinaan, caci maki, kata-kata kasar, semua ditumpahi. Begitulah, orang-orang
akan melihat hasil, inilah hasilnya, sesosok wanita ‘belum jadi’ Manoharon.
Tapi
mengapa Aron menjadi Manoharon? Di sisi hati terdalam: luka, pahit,
ketidakterimaan diri, ketidakpuasan, kegeraman, semuanya di dalam hati, hanya
Aron dalam Manoharon dan Tuhan yang tahu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar