Rabu, 19 Juni 2013

ADA ARON DALAM MANOHARON

Ferlina Tjengharwidjaja
11140110043
“Aku lebih pilih ga dilahirkan daripada harus kembali lagi jadi laki-laki”
Manoharon terlihat tegas dan yakin menjawab ketika diberikan pertanyaan usil, “Lebih pilih kembali jadi cowok atau tidak dilahirkan Man?” Aku pun mengangguk sambil terkikih menanggapi pernyataannya. Dua jam berada di kediamannya membuatku cukup banyak mengenali latar belakang, sembari perlahan merasakan luka batin yang membuat seorang Aron berubah drastis menjadi Manoharon. Ada Aron dalam Manoharon, ada masa lalu dalam masa depan.
. . . . . . .
Ingatanku kembali ke masa delapan tahun lalu ketika aku mengajar seorang anak laki-laki untuk menjadi petugas upacara bendera. Begitulah tradisi di Sekolah Dasar Katolik Sang Timur, siswa/siswi kelas enam SD akan mengajarkan adik kelasnya bagaimana menjadi petugas upacara. Kala itu aku tidak kenal baik siapa laki-laki yang aku ajar. Entah bagaimana karena memang ingatanku pun telah usang, aku pun tahu bahwa nama anak laki-laki itu adalah Aron.
Waktu bergerak cepat dan aku melupakan Aron. Hubungan kami memang tidak terjaga, karena aku hanya berkomunikasi dengannya sebatas latihan upacara saja. Yang ku ingat dia adalah laki-laki dan merupakan adik kelasku. Hingga tiba-tiba telingaku memanas karena orang-orang di sekitarku terus membicarakan Aron – Mano – Aron – Mano – Manoharon. Terlebih lagi Manoharon menjadi bintang tamu di Mels Update SCTV. Beritanya menjadi ramai terdengar terutama di kalangan orang-orang yang pernah mengenalnya. Berikut kabar bahwa Manoharon betul-betul Aron yang aku pernah kenal dahulu.

Manoharon adalah perpaduan nama Manohara dan Aron Hasiholan. Usianya masih belia, baru 18 tahun. Gayanya centil dan menawan layaknya wanita kebanyakan, berambut palsu pirang putih panjang. Kuku-kukunya terawat dan dicat kuku berwarna merah terang. Cincin dan gelang menghiasi jari-jari dan pergelangan tangannya yang berwarna. Tak lupa wajahnya yang padat dengan lemak kini padat dengan make up pula. Aku tidak bisa tidak mencium wangi tubuhnya yang semerbak, karena dari jarak  100cm pun aku masih bisa mencium bau parfumnya. Terlebih , pandangan mataku tidak bisa lepas dari bibirnya yang berwarna merah.
Sembari menjaga posisi duduknya karena menggunakan rok ketat, tangannya asik memainkan rambut ‘palsu’ panjang yang terawat . “Aku udah begini sejak aku awal SMA,” tuturnya kalem bak wanita sesungguhnya.
“Awalnya aku gak berani dress up kayak begini, tapi lama kelamaan aku jadi berani ya,” ujarnya mengakui kehadiran Lady Gaga adalah motivatornya untuk berani tampil beda seperti saat ini. 



Kala itu Mano yang masih duduk di bangku sekolah dasar sudah menanggapi pesan otaknya, bahwa dirinya merasa ‘beda’ dengan laki-laki pada umumnya. Hatinya lebih mudah tersentuh dan gampang sekali menangis. Hal ini juga tidak luput dari keadaan rumah tangga kedua orang tuanya yang kerap kali menuai keributan dan ketidaktentraman di dalam rumah. Pertengkaran demi pertengkaran kedua orang tua membuat batin Mano terluka dan hatinya dapat dibilang menjadi peka.
“Jadi aku gampang aja menangis. Cowok kan biasanya lebih kuat ya, tapi aku kok ngerasa kayak aku lebih ke perempuan gitu. Sering kangen juga sama orang tua aku,” ungkap empunya tinggi badan 163cm ini.
Menanggapi perasaan yang timbul secara spontan di dalam batinnya,  Aron saat itu menjadi lebih suka mencoba tas-tas perempuan. Kemudian high heels dan akhirnya berlanjut sampai berani mengubah segalanya, mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki. Naluri wanitanya pun mulai terbentuk, apalagi ketika berbicara. Bentuk mukanya memang laki-laki, tidak bisa dipungkiri itu masih sangat terlihat . Tetapi bila diperhatikan dengan saksama, pola wajahnya seperti perlahan-lahan ikut berubah menjadi seorang wanita.
“Ya, aku memang mau merubah diri aku seluruhnya. Ini kan masih proses. Aku mau operasi dan yang paling buat berubah banget aku mau terapi hormon,” ucapnya antusias.
Remaja yang lahir pada 22 Desember 1995 ini bertekad akan mengikuti terapi hormon seperti yang telah dianjurkan oleh orang-orang pada umumnya. Tanpa ada rasa takut dan seperti sudah mantab akan pilihan hidupnya ini, Mano telah menjalankan terapi itu mulai saat ini.
“Iya tapi saat ini baru minum pil nya gitu, sehari tiga kali minum. Sejenis pil KB deh, pokoknya ini kayak obat hormonal gitu,” jelasnya.
Obat hormonal yang berbentuk pil ini nantinya akan memberikan efek samping dalam kurun waktu satu hingga dua tahun, seperti pinggang yang mulai terbentuk mengarah ke bentuk pinggang wanita, kemudian dada, sampai merasakan sakit seperti sakit wanita kebanyakan yang akan kedatangan tamu bulanan (haid).
“Aku akan serius ikutin terapi ini, biar jadinya aku memang jadi kayak wanita betulan, karena memang impianku adalah menjadi wanita.” lanjutnya lagi tetap sembari memainkan rambutnya yang tertiup angin. Terapi hormon ini pun akan berlanjut dengan operasi fisik secara keseluruhan sehingga bentuk tubuh laki-lakinya akan terlebur sebagai kenangan semata.
George Pieter dan Jenifer Tampubolon. Dua insan yang Tuhan titipkan buah hati untuk dibina dan dibimbing agar memiliki akhlak yang mulia bak Sang Khalik. Kedua orang ini tidak mau banyak bicara, bahkan untuk menemui keduanya pun sangatlah sulit. Ditambah lagi dengan penyakit struk yang diderita oleh sang Ayah, membuat lelaki berusia 53 tahun ini sulit untuk berinteraksi. Hanya bahasa nonverbal sajalah yang lelaki ini dapat lakukan. Sedangkan sang Ibu yang menunaikan tugas mulia sebagai seorang pengajar tidak dapat ditemui. Entah, apa karena memang bagi mereka ini adalah sebuah aib yang tidak dapat diterima? Aku pun masih bertanya-tanya.
“Mamaku gak mau banyak bicara, kemarin pas di Mel’s Update juga dia gak mau buka suara. Dia emang gak terima. Kalau papaku, ya dia juga ga terima. Tapi akhirnya dikasih pandangan bahwa aku begini ya akibat dari mereka juga,” cerita pengguna high heels 15cm ini, masih sembari memainkan rambut palsunya. Sempat terbisik di pikiranku ketika lagi-lagi melihat kukunya yang panjang terawat, ‘beda sekali sama gua yang wanita tulen’ .
Manoharon kemudian melanjutkan ceritanya, persis dengan profesi guru yang dilakoni sang Ibunda, wanita yang membimbingnya sedari kecil itu pun harus berani nrimo dan belajar bertoleransi seperti materi pendidikan kewarganegaraan yang diajarkannya dalam kehidupan bersosialisasi dengan makhluk sosial lainnya. Menurutnya, sang mama pun akhirnya menerima, sekalipun dengan celotehan bahwa hal tersebut jangan sampai merugikan dirinya sendiri, terlebih orang lain.
Bagi manusia pada umumnya, perpindahan jenis kelamin baik dari laki-laki menjadi perempuan atau perempuan menjadi laki-laki adalah hal yang tidak lumrah. Keberadaan orang-orang seperti itu selalu dipandang sebelah mata. Ya, karena memang apa Yang Maha Kuasa ciptakan, telah dirubah dengan kekuatan fisik manusia yang hendak menyerupai Sang Pencipta. Apabila sudah terlanjur , apa yang dapat diperbuat?
Diantara pro dan kontra masyarakat akan kehadiran Manoharon, seperti yang terlihat jelas di media sosial twitter dan instagram, pemilik cita-cita fashion designer ini tetap memiliki teman-teman yang mendukungya. Sekalipun hinaan dan caci maki terhadapnya tidak bisa dibilang sedikit, seperti prinsip hidupnya “Don’t judge book by it’s cover” , Mano dapat terbilang cukup tangguh dalam menghadapi kenyataan. Ya, bahwasanya setiap hal yang ada di bumi ini akan selalu menimbulkan pro kontra. Masalah selera, paham, keyakinan, semuanya akan menjadi landasan berpikir seseorang untuk setuju ataupun tidak setuju.
“Gua temenan bertiga sih yang deket, Junita dan Ibeth. Dulu sering banget main bareng. Aku main dari SD sih sama mereka, hehehe,” ujar Mano mengenang masa-masa SDnya. Ketika masih kecil, pecinta hermes ini memang sudah bergaul dengan wanita. Kepolosan anak kecil tentulah tidak membuat Mano berpikir bahwa dia akan berubah drastis seperti ini.
Junita Catarina Frecilia pun tak keberatan ketika ditanya mengenai Mano. Gadis yang akrab disapa ‘Juni’ ini mampu bercerita panjang lebar, seakan kisah persahabatannya dengan Aron tak kunjung habis. Sulit juga untuk menutup kisah persahabatan, sekalipun sahabat yang dulu dikenal tidak lagi sama. Apalagi, kisah klasik itu telah ada sejak mereka masih duduk di bangku taman kanak-kanak.
“Kenal sama Aron itu dari TK, kan sama-sama TK di Sang Timur. Tapi kita pisah waktu SMP,” tuturnya melalui voice note, salah satu aplikasi perekam suara yang Jun kirimkan melalui blackberry messenger. Suara berat itu terdengar asik dan lepas bertutur mengenai manusia ciptaan Sang Kuasa yang tetap dipanggilnya ‘Aron’ hingga sekarang.
“Buat gua ya Aron itu tukang gosip, gaul, baik dan loyal sama teman. Aron beda sama Mano. Bedanya Mano itu jaim, ya karena di TV. Kalau Aron itu ya tanpa make up, seadanya aja,”
Sekalipun Junita tidak dapat ditemui langsung, obrolan via voice note tersebut cukup membuatku memahami suatu hal. Teman adalah orang yang ada di sekitarmu ketika kamu sukses. Tetapi sahabat, dia adalah orang yang ada di sampingmu dan mendukung apapun yang kamu buat demi kebahagiaanmu. Klise, tapi aku jadi tahu rasanya mengapa setiap manusia-manusia yang dianggap abnormal pun tetap memiliki seseorang yang disebut sahabat. Ya, karena ada hati yang mau menerima. Ada sahabat yang tahu bagaimana kamu mendaki kesuksesan tersebut.
“Gua mau temenan sama Aron dan Manoharon, ya karena gua gak punya masalah apa-apa sama dia. Hak dia juga untuk jadi kayak gitu. Gua juga gak punya hak buat ngelarang,” rekaman suara itu terus berputar-putar di kepalaku, menegur jiwa yang mulai berkeliaran karena mencoba memahami lebih banyak lagi makna kehidupan.
“Pertama2 pangling sih waktu ngeliat Mano, apalagi kalau jalan sama dia. Ada banyak orang yang ngeliatin. Ada yang pandangannya ngeledek, ada yang pandangannya negatif. Apalagi kalau ngeliat nenek-nenek ngeliatin Aron,” Junita terdiam beberapa detik sebelum melanjutkan ucapannya yang mampu membuatku tersenyum jenaka membayangkannya.
“Yaaaaa, liat sendiri ajalah bagaimana nenek-nenek ngeliatin Aron,” sambungnya tetap dengan ciri khas suaranya. Serak, berat, dan santai.

Berbicara mengenai pandangan negatif, cemoohan dan sorakan tidak suka kepada sosok Manoharon yang pernah menjadi bintang tamu di salah satu stasiun televisi ini memang kental sekali. Julukan penipu, tukang bohong, dan suka berimajinasi kerap kali terdengar kepada pemilik akun twitter @manoharon yang telah digandrungi 2268 followers. Biar begitu, Manoharon tetap santai menanggapinya.
“Cuma orang-orang sirik dan gabisa sukses aja yang sibuk jelek-jelekin aku. Lagipula, kalau mereka emang gasuka, kalau emang haters, kenapa mereka masih follow aku?”
“Tinggal klik unfollow aja kok repot sih,” tanggapnya lagi.
Memasuki usia remaja yang akan bertumbuh menjadi dewasa, Mano pun mulai tertarik kepada ‘lawan’ jenis. Karena memang hatinya sudah menyerupai wanita, maka dia pun memilih jatuh hati kepada laki-laki. Asing kah terdengarnya? Seorang laki-laki yang belum berubah seutuhnya menjadi wanita menaruh hati kepada laki-laki jua? Se-kontroversial apapun pernyataan tersebut, jawabannya tetap pada praktik kehidupan nyata. Yap, ada laki-laki yang mau menerima Manoharon sebagai kekasihnya.
“Aku lagi pacaran sama cowo, lebih tua. Aku selalu pacaran sama cowo yang lebih tua karena lebih dewasa aja,” ceritanya mengenai lelaki yang selalu dihubunginya melalui smartphone hitamnya. Penggemar nasi gudeg ini mengaku bahwa sosok Mano adalah sosok yang manja dan usil. Mano ingin hidupnya dilengkapi dengan seseorang yang mampu menuruti dan mengayomi kemanjaannya tersebut
Ada Aron dalam Manoharon, ada masa lalu dalam masa depan. Karena semua yang terjadi saat ini adalah akibat dari masa lalu. Semua orang hanya mampu terpana, antara suka tidak suka melihat sosok gempal laki-laki berambut panjang pirang, merias wajah, pewarna bibir merah menor, berbaju wanita, bersepatu hak tinggi 15cm! Hinaan, caci maki, kata-kata kasar, semua ditumpahi. Begitulah, orang-orang akan melihat hasil, inilah hasilnya, sesosok wanita ‘belum jadi’ Manoharon.
Tapi mengapa Aron menjadi Manoharon? Di sisi hati terdalam: luka, pahit, ketidakterimaan diri, ketidakpuasan, kegeraman, semuanya di dalam hati, hanya Aron dalam Manoharon dan Tuhan yang tahu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar