PEKERJAANKU
TIDAK SEMATA-MATA UNTUK UANG
oleh : linda
“Permisi pak, bapak tau rumahnya ibu vera?”
tanya saya kepada salah seorang tukang parkir di rumah duka abadi. “Rumah ibu
vera? Dari sini neng lurus terus, pertigaan belok kiri, abis tuh ada pertigaan
belok kiri lagi, nah dari situ tanya orang aja, orang-orang pada tau kok,”
sambung tukang parkir itu dengan memegang pluit di tangan kanannya. Saya
kembali melanjutkan perjalanan menuju tempat yang dibilang oleh tukang parkir
itu. “Permisi ibu, saya mau tanya rumah ibu vera dimana ya?” saya kembali
bertanya kepada seorang ibu penjaga warung untuk memastikan. “Ini disamping,
yang ada ACnya,” kata seorang ibu paruh bayah sambil menunjukkan rumah yang ada
di samping warungnya. Akhirnya saya menemukan rumah ibu vera.
“Permisi..,” teriak saya untuk memastikan apakah ada orang atau tidak di
dalam rumah. Saya mengetuk pintu, berharap ada yang keluar dan merespon
panggilan saya. “Tok..tok..tok..,” saya kembali mengetuk pintu rumah.
“Sebentar..,”teriak seorang lelaki sambil memegang rambutnya. “Iya, ada apa ya
mbak?” tanya laki-laki itu kepada saya. “Maaf mas, ganggu. saya mau ketemu ibu
vera. ibu veranya ada?” tanya saya kepada laki-laki itu. “Waduh ibu veranya
lagi pergi. coba mbak telepon aja. ini nomornya,” laki-laki itu menyodorkan
hpnya, menyuruh saya untuk mencatat nomor hp ibu vera.
“Selamat siang, dengan ibu vera? iya saya sendiri. Ini siapa ya? Maaf
bu, saya linda dari Universitas Multimedia Nusantara. Saya ada tugas dari
kampus. Saya ingin bincang-bincang sedikit sama ibu. Ibu ada waktu? Ohh, kapan
dek? Kalau sekarang bisa bu? Saya lagi ada di rumah ibu. Ohh oke. Tunggu di
sana. Ini saya lagi perjalanan pulang.” Ibu vera menutup pembicaraan di
telepon. 5 menit saya menunggu. Seorang ibu dengan rambut pendek, berwarna pirang
datang membawa sebuah bungkusan plastik hitam.
“Ibu
vera ya?” saya berdiri sambil menyalami seorang ibu yang berjalan ke arah saya.
“Iya.” Jawab ibu vera tersenyum dengan muka yang sedikit heran. “Darimana dek?
ada keperluan apa ya?” tanya ibu vera sambil mempersilahkan saya untuk duduk. Saya
menjelaskan maksud kedatangan saya kepada ibu vera. “Ohh begitu. adek beruntung
loh bisa ketemu saya, terus saya mau diwawancara. biasanya saya jarang di
rumah, banyak job. Terus paling males yang namanya diwawancara. Dulu aja ada
orang Trans TV, TV one, saya tolak,” ujar ibu vera sambil tertawa kecil. Wahh
saya benar-benar beruntung dong bu?” saya merasa senang karena ibu vera mau
bertemu dengan saya.
“Ibu
udah lama jadi perias mayat?” tanya saya membuka pertanyaan. “baru 20 tahun
lebih kok,” jawab ibu vera yang sontak membuat saya kaget. “20 tahun lebih??
udah lama juga ya,” ujar saya sambil memberikan senyuman ke arah ibu vera. Profesi
sebagai perias mayat mungkin bagi sebagian orang dianggap menakutkan. Bagaimana
tidak, profesi yang satu ini dilakukan di kamar mayat, dan yang dirias adalah
orang yang sudah meninggal atau tidak bernyawa.
Merias
mayat bukanlah perkara mudah, apalagi jika kondisi mayat sudah rusak.
Korban-korban kecelakaan biasanya membutuhkan kerja ekstra dari para perias.
Terkadang mereka harus menyambung beberapa bagian tubuh supaya terlihat utuh.
Hanya orang-orang pemberani dan tekun dapat menjalani profesi ini. Cerita-cerita
seram di seputar pekerjaan mereka sudah tidak terhitung lagi. Namun mereka
menganggap biasa hal-hal mistis yang sering mereka hadapi. Karena sesunguhnya
tugas ini adalah pekerjaan yang mulia,dan pastinya roh si almarhum pun pasti
senang karena tubuhnya di rapikan sedemikain rupa. Dari cerita ibu vera, lebih
banyak cerita mistis nya berupa ucapan terima kasih dari si empunya jasad. Mereka
datang dalam mimpi-mimpinya menyampaikan ucapan terima kasih karena telah
merawat tubuh mereka. Ada juga yang kadang membisikkan sesuatu di telinganya
ketika mayat sedang dibersihkan.
Tapi
bagi ibu vera, pekerjaan sebagai perias mayat bukanlah hal yang menakutkan.
Sudah 20 tahun dia bergelut dengan pekerjaannya. Mendandani mayat, memandikan,
sampai menjahit luka di bagian tubuh mayat sudah pernah dia lakukan. Hal itu
tidak menjadi momok yang menakutkan bagi ibu dua orang anak ini. Meskipun
beliau pernah mengalami hal-hal yang mistis, tapi itu semua tidak menjadi
penghalang baginya untuk tetap bekerja sebagai perias mayat. Semangat dan
keberaniannya membuat dia dapat mengalahkan segala ketakutan yang ada.
Sebelum bekerja sebagai perias mayat, wanita kelahiran Cirebon ini
pernah bekerja di salon. Baru pada awal tahun 1991 salah seorang teman
menawarkan dia untuk bekerja sebagai perias mayat. Awalnya ibu kelahiran 1971
ini sempat ragu atas tawaran dari temannya. Tapi setelah dibujuk, tidak
salahnya jika mau mencoba. Di awal pekerjaannya, ibu vera sering merasakan ketakutan.
Tapi setelah terbiasa melihat dan merias mayat, dia pun mulai terbiasa dengan
pekerjaan barunya. “Ya dinikmati saja dek, jangan dibawa stress,” ujar ibu vera
sambil mengusap wajahnya.
Bagi
ibu berusia 42 tahun ini yang paling penting adalah dia bisa bekerja semaksimal
mungkin dan mengahasilkan hasil riasan yang bagus. Hal yang paling susah bagi
ibu vera adalah saat dia harus merias mayat yang sudah hancur karena kecelakaan
atau penyakit kanker yang telah menggerogoti tubuh si mayat. “Saya pernah dek
ngerias mayat yang udah hancur, hidungnya hilang setengah, bibirnya hilang, itu
gara-gara sakit kanker, serem deh pokoknya. kalo udah gitu harus di make over
abis-abisan, biar keliatan tetep utuh,” ujar ibu berambut pendek ini.
Sudah 20 tahun lebih ibu vera menggeluti pekerjaan sebagai perias mayat.
Tentu banyak hal yang telah dialaminya selama menjalani pekerjaan tersebut.
Banyak suka dan duka. Tidak sedikit ada hal-hal yang menakutkan terjadi.
“Pernah tuh waktu tahun 2005, saya lagi dandanin mayat seorang wanita. ehh lagi
asyik dandan dia mati lampu. waktu itu saya ngerasa ada seorang wanita di
sebelah saya. dia kayak lagi nangis gitu. ya udah saya biarin aja. soalnya saya
takut juga itu beneran orang apa ga,” cerita ibu vera yang membuat saya cukup
merinding mendengarnya. “yaa kalau hal-hal menakutkan gitu pasti ada dek.
namanya juga perias mayat, berhubungan sama yang udah meninggal. pasti ada lah
hal-hal yang serem-serem gitu. yang paling penting sih jangan lupa permisi
sebelum kita ngerias,” ujar ibu vera sambil memegang hp di tangan kanannya.
Merias mayat memang bukan pekerjaan yang mudah.tidak semua orang mau
bekerja sebagai perias mayat. Bagi perempuan dua orang anak ini, pekerjaan
sebagai perias mayat bukan semata-mata hanya untuk mendapatkan uang, tapi juga
sebagai amal. “Saya pernah waktu itu ketemu sama seorang ibu-ibu. suaminya
meninggal. waktu itu saya tanya kenapa ga di make up? Ehh ibunya bilang ga
usah, karena dia ga ada biaya untuk bayar jasa tukang riasnya. kasian banget
kalo denger yang kayak gitu. tapi saya tetep dandanin kok. Ga di bayar juga ga
apa-apa. Kan itung-itung amal,” ujar ibu yang pernah bekerja selama 24 jam non
stop ini.
“Saya pernah tuh berpikir kenapa sekian banyak pekerjaan, tiba-tiba bisa
jadi tukang rias mayat? Rasanya ga nyangka dek,” ujar ibu vera sambil
mendongakkan kepalanya. 20 tahun bukan waktu yang sebentar bagi perempuan
berambut pendek ini untuk menggeluti pekerjaannya. Banyak hal-hal menarik,
menakutkan bahkan mengharukan yang dia hadapi. Mulai dari merias mayat orang
penting, “diganggu” oleh mayat yang dia rias, sampai melihat keluarga dari orang
yang dia rias menangis karena kehilangan orang yang mereka cintai. Semua itu
sudah menjadi pemandangan sehari-hari baginya.
“Emang siapa orang penting yang pernah ibu rias?”, saya kembali
melontarkan pertanyan kepada ibu vera. “Ada waktu itu suami istri yang jatuh
dari jurang. kejadiannya di Cilangkap tahun 2008. namanya Wakasak Jenderal Raja
Guguk. itu perdana menterinya Malaysia,” cerita ibu vera dengan penuh semangat.
“Trus saya juga pernah merias mayat yang di JW Marriot sama Ritz Carlton. yang kena
bom. itu bule semua,” sambungnya sambil mengingat kejadian empat tahun silam. 20
tahun bekerja sebagai perias mayat, banyak suka dan duka yang dia alami. Mulai
dari orang biasa sampai orang penting pernah diriasnya. Bagi ibu 42 tahun ini
pekerjaan sebagai perias mayat bukan semata-mata untuk menghasilkan uang, tapi
untuk beramal juga. “Kan nantinya kita semua pasti mati. Nah sebelum saya mati,
saya mau ngumpulin amal sebanyak-banyaknya. biar ntar matinya ga susah,” ujar
wanita kelahiran 1971 ini.
Pekerjaan sebagai perias mayat membuat ibu vera hanya memiliki sedikit
waktu untuk keluarganya. Pernah dia harus bekerja 24 jam non stop karena
banyaknya mayat yang harus dirias. “Saya sih udah biasa kalau ditinggal-tinggal
sama mama. namanya juga perias mayat. Kapan dibutuhin, ya harus datang,” ujar
alvi. Alvi Zulfikar adalah anak kedua dari ibu vera. Menurutnya apapun
pekerjaan yang digeluti oleh ibunya, asalkan halal dan menghasilkan, dia pasti
akan mensupport 100%. Menurut pria kelahiran 1989 ini, dia bangga mempunyai
seorang ibu yang bisa memilih pekerjaan yang berbeda dengan ibu-ibu lainnya.
“Biasanya ibu-ibu kan cenderung kerjaannya ngerumpi, ke salon, pedi meni,
apalah itu namanya. tapi alhamdulilah nyokap gua ga pernah kayak gituan,” ujar
pria yang memiliki rambut keriting sebahu ini.
Menurut
ibu vera, dalam sehari dia bisa merias tiga sampai empat mayat. Mayat yang
diriasnya datang dari tempat yang berbeda. Ada yang dari Rumah Duka Abadi,
Cengkareng, Rs. Pertamina, Rs. Pondok Indah, sampai Rs. Harapan Kita. Pernah
waktu itu dia harus merias mayat yang ada di Rs. Elizabeth, Bekasi. Di gelap
dan sepinya waktu malam, dia harus menyetir mobil ke tempat tujuannya.
“Perasaan takut, ngeri, serem, semuanya udah jadi satu waktu itu,” ujarnya
sambil tertawa kecil.
“Udah banyak dek pengalaman saya dengan mayat. mulai dari biasa-biasa sampai
luar biasa. pesan saya cuma satu, selama kamu masih punya orangtua, harus
bener-bener sayang sama orangtua. jangan pernah ngelawan, apalagi durhaka.
karena kalau kita durhaka, matinya pasti susah. saya udah sering dapat mayat
yang matinya susah. ada yang mulutnya ga bisa rapat, lidahnya keluar, sampai
matanya melotot. Astagfirullah kalo udah kayak gitu. serem banget,” ujar wanita
kelahiran Cirebon ini.
Bagi
ibu vera pekerjaan yang dia lakoni sekarang adalah pilihan hidupnya.
Keluarganya sangat mendukung apa yang dia kerjakan. Yang terpenting baginya
adalah bisa menikmati dan menghargai setiap berkat dan rahmat yang telah
diberikan Tuhan untuknya. “Jangan pernah mengeluh, trus kalo udah berhasil
jangan lupa sama orangtua. karena kita bisa berhasil, itu semua karena doa
orangtua, khususnya ibu kita. jadi jangan pernah lupa sama jasa orangtua,”
tutur ibu vera mengingatkan saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar