Museum Louvre
merupakan sebuah museum yang dikelilingi oleh tiga bangunan berbentuk piramida,
dimana salah satu piramida yang terbesar berperan sebagai pintu masuk. Louvre
selesai dibangun pada tahun 1989 dan menjadi salah satu tujuan wisata di Paris.
Pembangunan
piramida sempat menimbulkan berbagai kontroversi.
“Banyak orang
yang mengganggap struktur bangunan piramida yang begitu futuristik tersebut
terlihat berbeda dengan bentuk bangunan museum Louvre yang klasik,” tour guide
saya, Joan, menjelaskan dengan bahasa Inggris yang terpatah-patah.
Musee du Louvre
Saya tiba di airport Charles de
Gaulle pada tanggal 24 Mei pagi setelah terbang menggunakan pesawat Air France
dari Schiphol, Amsterdam. Setelah pesawat benar-benar berhenti, saya bersama
Ibu dan seorang teman yang juga membawa anak perempuannya turun dari pesawat
untuk mengambil bagasi. Dengan jumlah empat koper besar, lantas kami mencari
taksi di tengah udara dingin 10 derajat Celcius untuk menuju hotel tempat kami beristirahat.
Setibanya di Arley Hotel Tour
Eiffel yang berkawasan dekat dengan menara Eiffel (kami dapat melihat puncak
menara Eiffel ketika berada di luar hotel), kami lantas menyantap brunch di café depan hotel karena belum bisa check-in dan hotel tidak menyediakan sarapan.
Seusai sarapan, kami bergegas
menuju hotel agar dapat menaruh barang-barang di kamar, lalu kami pergi menuju
stasiun trem terdekat dari hotel. Destinasi pertama kami adalah Museum Louvre
atau Musee du Louvre dalam bahasa Perancis dimana terdapat banyak hasil karya
pelukis atau pemahat terkenal di dunia dipamerkan di dalam museum ini.
Segitiga terbalik di dalam Louvre yang berfungsi sebagai ventilasi. |
Penampakan segitiga utama sebagai pintu masuk ke Louvre |
Museum ini bertempat di Istana Louvre (Palais
du Louvre) yang awalnya merupakan benteng yang dibangun pada abad
ke-12 di bawah pemerintahan Philip II. Sisa-sisa benteng dapat dilihat di ruang bawah tanah
museum. Bangunan ini diperluas beberapa kali hingga membentuk Istana Louvre
yang sekarang ini. Pada tahun 1682, Louis XIV memilih Istana
Versailles sebagai kediaman pribadi,
meninggalkan Louvre untuk selanjutnya dijadikan sebagai tempat untuk
menampilkan koleksi-koleksi kerajaan. Pada
tahun 1692, di gedung ini ditempati oleh Académie des Inscriptions et
Belles Lettres dan Académie Royale de Peinture et de Sculpture. Académie tetap
di Louvre selama 100 tahun berikutnya. Selama Revolusi
Perancis, Majelis Nasional Perancis menetapkan
bahwa Louvre harus digunakan sebagai museum untuk menampilkan karya-karya
bangsa. [1]
Saya tidak pernah merasa sesemangat ini ketika memasuki
sebuah museum. Dipacu oleh film The Da Vinci Code, saya bertekad untuk
mengelilingi museum ini untuk melihat karya Leonardo Da Vinci, yaitu lukisan
Monalisa dan lukisan The Last Supper. Selain itu, anak dari teman Ibu saya,
Levina, ingin melihat patung Venus de Milo yang juga tidak kalah terkenal.
Namun, Museum Louvre begitu luas sehingga saya dan Levina
kerap kali merasa tersasar walaupun masing-masing dari kami sudah diberikan
sebuah alat informasi. Kami selalu terperangkap di kawasan karya dari Mesir,
seperti : Sphinx, Mumi, Osiris, Isis, dan sebagainya. Kami juga seperti
berputar-putar di bagian karya asal Yunani – apabila akhirnya kami berhasil
keluar dari kawasan Mesir.
Egyptian
Antiquities
Zona ini memiliki berbagai macam artefak yang berasal dari
peradaban Nil (4000 SM sampai abad ke-4). Terdiri dari periode Mesir Kuno,
Kerajaan Tengah, Kerajaan Baru, seni Koptik dan Romawi, Ptolemaic dan
Byzantine, saya seakan-akan dibawa kembali ke zaman dahulu. Sebenarnya saya
heran, bagaimana cara para arkeolog bisa menemukan benda-benda antik seperti
yang dipajang di depan mata saya.
Dijaga oleh Sphinx (2000 SM) berukuran besar,
koleksi-koleksi ini ditempatkan lebih dari 20 ruangan. Barang-barang yang
dipajang berupa barang seni, gulungan papirus, mumi (saya melihat mumi asli di
sini!), pakaian, perhiasan, alat permainan, alat musik, dan juga senjata. Saya
menemukan patung Osiris dan Isis di zona ini. Sayang, penjelasan yang diberikan
tidak terlalu banyak. Terdapat pula gambar The Eye of Ra dan The Eye of Horus
yang merupakan perlambangan Matahari dan Bulan.
Sphinx |
Osiris |
Terdapat pula satu ruangan sempit, mungkin berkisar 1mx3m
yang diletakan di tengah-tengah zona. Ruangan sempit ini terbuat dari batu yang
sudah diukir menggunakan huruf Mesir Kuno. Saya seperti masuk ke dalam sebuah
pyramida di Giza yang nantinya akan menuntun saya ke sebuah makam kuno para raja-raja
Mesir.
Semua yang dipajang hampir masih dalam keadaan baik, namun
beberapa gulungan papirus nampak mulai pudar atau para arkeolog hanya mendapat
sebagian potongan saja.
Near
Eastern Antiquities
Zona ini merupakan zona terbaru nomor dua sebagaimana
penjelasan yang saya dapat dari alat informasi.
Menyajikan peradaban Timur sebelum datangnya Islam, zona ini
dibagi menjadi tiga wilayah, yaitu Levant, Mesopotamia (Irak dan Suriah), dan
Persia (Iran). Seni-seni yang ditampilkan lebih banyak kepada batu mozaik dari
marmer yang sangat indah. Beberapa jenis tergolong dalam ukuran besar dan ada
beberapa bagian yang belum ditemukan atau hilang.
Terdapat kaligrafi yang diukir di atas batu dengan sangat
rapihnya. Membuat saya dan Levina tercengang melihatnya. Bagian Persia berisi
karya dari periode kuno, seperti misalnya Kepala Penguburan dan juga Pemanah
Persia dari Darius. Bagian ini juga berisi benda-benda langka yang berasal dari
Persepolis.
Greek,
Etruscan, dan Roman
Zona ini berisi karya-karya yang berasal dari Mediterania
Basin mulai dari zaman Neolithic abad ke-6.
Merupakan salah satu zona tertua, koleksi di dalamnya membentang dari
periode Cycladic. Fokus zona ini adalah patung Venus de Milo yang sangat terkenal
sebagai simbol seni klasik.
Zona ini tidak kalah besar dengan zona Egyptian. Mungkin
keduanya sama besar sehingga kerap kali membuat saya dan Levina merasa
bolak-balik di antara kedua zona ini.
Karya-karya yang ditampilan dimulai dari seni kerajaan yang
diperoleh pada masa Francis I. Awalnya, koleksi difokuskan pada patung marmer,
contohnya adalah Venus de Milo.
Venus de Milo |
Terdapat banyak patung dewa-dewi di zona ini, contohnya
Athena, Hermes, Apollo, dan Aphrodite. Tidak hanya dalam satu bentuk, namun
dalam beberapa bentuk yang berbeda. Selain itu, terdapat pula patung kepala
dari tiga filosof terkenal, yaitu Socrates, Plato, dan Aristoteles (ketiganya
merupakan filosof favorit saya).
Aristoteles, Plato, Socrates |
Athena |
Selain patung-patung, terdapat pula Sarkofagus, yaitu peti
mati dari batu dengan varian bentuk dan warna.
Dalam zona ini, Louvre memegang karya dari era Helenistik,
termasuk The Winged Victory of Samothrace dan (tentu saja) Venus de Milo.
Potret Romawi juga tergambarkan dari potret Agripa dan Annius Verus; dengan
perunggu Greek Apollo of Piombino
Islamic
Art
Koleksi seni Islam merupakan salah satu zona terbaru di
Museum Louvre yang terdiri dari rentang “tiga belas abad dan tiga benua”.
Terdiri dari berbagai macam keramik, kaca, kayu, gading, karpet, tekstil, dan
juga miniature.
Beberapa karya yang ditampilkan adalah Pyxide d’al-Mughira,
kotak gading abad ke-10 dari Andalusia, Baptistery daru Saint-Louise, sebuah
baskom kuningan yang berukir dari abad 13 atau 14 periode Mamluk, dan Kain
Kafan abad ke-10 dari Saint-Josse, Iran.
Walaupun zona ini tidak seluas zona lain dan benar-benar
masih terasa baru, namun karya-karya yang dipajang cukup membuat saya ternganga
saking indahnya. Terlebih lagi pada seni mozaik. Walaupun ada beberapa bagian
yang hilang atau belum ditemukan, tetap saja terlihat keindahannya.
Sculpture
Walaupun di zona Yunani, Etruscan, dan Romawi terdapat
banyak jenis patung, tetapi di zona Sculpture ini berisi karya-karya pemahat di
luar zona tersebut. Dengan kata lain, isi dari zona ini adalah patung-patung
yang tidak termasuk dalam Yunani, Etruscan, dan Romawi. Zona ini sebelumnya
merupakan bagian dari Decorative Arts, sebelum akhirnya dipisah pada tahun
2003.
Awalnya, zona ini berisi koleksi sebanyak 100 buah saja yang
merupakan sisa dari koleksi patung kerajaan yang berada di Versailles.
Zona ini dibagi menjadi dua, yaitu karya asing di sayap
Denon dan koleksi patung Perancis yang berisi karya romantic seperti Daniel in
the Lion’s Den dan Virgin of Auvergne dari abad ke-12 yang terdapat di sayap
Richelieu. Pengaruh Renaissance membuat patung Perancis menjadi lebih
terkendali, seperti yang terlihat di Jean Goujon’s Bas Relief dan Germain
Pilon’s Descent from the Cross dan Resurrection of Christ.
Karya neoklasik dihidupkan kembali dalam Psyce Antonio
Canova dalam Cupid’s Kiss.
Lukisan
Fokus saya di zona ini adalah tak lain dan tak bukan,
lukisan Mona Lisa karya Leonardo da Vinci. Termasuk dalam zona Italia, Mona Lisa
sangat menarik perhatian pengunjung sampai-sampai saya berdesakan ketika ingin
memotret dari jarak dekat. Tetapi, akibar ketenaran Mona Lisa itu sendiri, untuk
melihat lukisan ini dari jarak dekat pun masih terlihat begitu jauh karena
diberi pembatas. Selain itu, lukisan Mona Lisa juga ditutup menggunakan kaca,
mungkin untuk menghindari pencurian yang pernah terjadi sebelumnya.
Mona Lisa |
Diberi kaca agar tidak terjadi pencurian |
Mona Lisa atau La Joconde dalam bahasa Perancis merupakan
lukisan setengah badan seorang wanita yang telah diakui sebagai “yang paling
terkenal, yang paling banyak dikunjungi, paling banyak ditulis, paling banyak
dinyanyikan, serta paling banyak diparodikan di dunia.”
Lukisan yang katanya merupakan potret Lisa Gherardunu, istri
dari Francesco del Giocondo, diyakini telah dilukis antara tahun 1503 dan 1506.
Lukisan ini telah diakuisisi oleh Raja Francis I dari Perancis dan kini menjadi
milik Perancis sejak tahun 1797.
Ekspresi ambiguitas yang ditampilkan oleh subjek sering
dikatakan sebagai hal yang misterius. Dikatakan memiliki makna semiotika
tersendiri, mulai dari penempatan tangan, background lukisan, sampai kepada
senyumnya yang misterius.
Mona Lisa memang merupakan daya tarik utama yang membuat saya
ingin berkeliling Museum Louvre.
Selain itu, terdapat pula lukisan The Last Supper dan
Madonna of the Rock atau Virgin of the Rocks.
***
Tidak terasa sudah hampir lima jam kami berputar-putar
mengagumi karya-karya yang luar biasa. Sampai akhirnya Ibu saya mengirimkan
pesan singkat yang menanyakan keberadaan kami. Sebagai informasi, Ibu dan Tante
Melvin tidak ikut mengitari Louvre. Mereka memilih untuk duduk di café,
menghirup secangkir Hot Chocolate.
Sekitar jam setengah tujuh
malam, akhirnya kami berempat keluar dari kawasan Louvre. Langit masih cerah
dan matahari baru akan terbenam sekitar jam 10 malam. Louvre jelas memberikan
pembelajaran yang banyak dalam berbagai hal.
“Kalian membutuhkan waktu
seharian untuk berkeliling Louvre,” ujar tour guide saya sebelum kami memasuki
Louvre.
Dan memang benar, waktu lima
jam tidak cukup untuk melihat keindahan karya-karya seni yang dipamerkan di
Louvre.
Oleh :
Natasha R. Sinsoe
11140110244
Tidak ada komentar:
Posting Komentar