Rabu, 19 Juni 2013

Louvre, Museum Terbesar di Dunia

Museum Louvre merupakan sebuah museum yang dikelilingi oleh tiga bangunan berbentuk piramida, dimana salah satu piramida yang terbesar berperan sebagai pintu masuk. Louvre selesai dibangun pada tahun 1989 dan menjadi salah satu tujuan wisata di Paris.

Pembangunan piramida sempat menimbulkan berbagai kontroversi.

“Banyak orang yang mengganggap struktur bangunan piramida yang begitu futuristik tersebut terlihat berbeda dengan bentuk bangunan museum Louvre yang klasik,” tour guide saya, Joan, menjelaskan dengan bahasa Inggris yang terpatah-patah.

Musee du Louvre
Saya tiba di airport Charles de Gaulle pada tanggal 24 Mei pagi setelah terbang menggunakan pesawat Air France dari Schiphol, Amsterdam. Setelah pesawat benar-benar berhenti, saya bersama Ibu dan seorang teman yang juga membawa anak perempuannya turun dari pesawat untuk mengambil bagasi. Dengan jumlah empat koper besar, lantas kami mencari taksi di tengah udara dingin 10 derajat Celcius untuk menuju hotel tempat kami beristirahat.

Setibanya di Arley Hotel Tour Eiffel yang berkawasan dekat dengan menara Eiffel (kami dapat melihat puncak menara Eiffel ketika berada di luar hotel), kami lantas menyantap brunch di café depan hotel karena belum bisa check-in dan hotel tidak menyediakan sarapan.


Seusai sarapan, kami bergegas menuju hotel agar dapat menaruh barang-barang di kamar, lalu kami pergi menuju stasiun trem terdekat dari hotel. Destinasi pertama kami adalah Museum Louvre atau Musee du Louvre dalam bahasa Perancis dimana terdapat banyak hasil karya pelukis atau pemahat terkenal di dunia dipamerkan di dalam museum ini.

Segitiga terbalik di dalam Louvre yang berfungsi sebagai ventilasi.
Penampakan segitiga utama sebagai pintu masuk ke Louvre

Museum ini bertempat di Istana Louvre (Palais du Louvre) yang awalnya merupakan benteng yang dibangun pada abad ke-12 di bawah pemerintahan Philip II. Sisa-sisa benteng dapat dilihat di ruang bawah tanah museum. Bangunan ini diperluas beberapa kali hingga membentuk Istana Louvre yang sekarang ini. Pada tahun 1682, Louis XIV memilih Istana Versailles sebagai kediaman pribadi, meninggalkan Louvre untuk selanjutnya dijadikan sebagai tempat untuk menampilkan koleksi-koleksi kerajaan. Pada tahun 1692, di gedung ini ditempati oleh Académie des Inscriptions et Belles Lettres dan Académie Royale de Peinture et de SculptureAcadémie tetap di Louvre selama 100 tahun berikutnya. Selama Revolusi Perancis, Majelis Nasional Perancis menetapkan bahwa Louvre harus digunakan sebagai museum untuk menampilkan karya-karya bangsa. [1]

Saya tidak pernah merasa sesemangat ini ketika memasuki sebuah museum. Dipacu oleh film The Da Vinci Code, saya bertekad untuk mengelilingi museum ini untuk melihat karya Leonardo Da Vinci, yaitu lukisan Monalisa dan lukisan The Last Supper. Selain itu, anak dari teman Ibu saya, Levina, ingin melihat patung Venus de Milo yang juga tidak kalah terkenal.

Namun, Museum Louvre begitu luas sehingga saya dan Levina kerap kali merasa tersasar walaupun masing-masing dari kami sudah diberikan sebuah alat informasi. Kami selalu terperangkap di kawasan karya dari Mesir, seperti : Sphinx, Mumi, Osiris, Isis, dan sebagainya. Kami juga seperti berputar-putar di bagian karya asal Yunani – apabila akhirnya kami berhasil keluar dari kawasan Mesir.

Egyptian Antiquities
Zona ini memiliki berbagai macam artefak yang berasal dari peradaban Nil (4000 SM sampai abad ke-4). Terdiri dari periode Mesir Kuno, Kerajaan Tengah, Kerajaan Baru, seni Koptik dan Romawi, Ptolemaic dan Byzantine, saya seakan-akan dibawa kembali ke zaman dahulu. Sebenarnya saya heran, bagaimana cara para arkeolog bisa menemukan benda-benda antik seperti yang dipajang di depan mata saya.

Dijaga oleh Sphinx (2000 SM) berukuran besar, koleksi-koleksi ini ditempatkan lebih dari 20 ruangan. Barang-barang yang dipajang berupa barang seni, gulungan papirus, mumi (saya melihat mumi asli di sini!), pakaian, perhiasan, alat permainan, alat musik, dan juga senjata. Saya menemukan patung Osiris dan Isis di zona ini. Sayang, penjelasan yang diberikan tidak terlalu banyak. Terdapat pula gambar The Eye of Ra dan The Eye of Horus yang merupakan perlambangan Matahari dan Bulan.


Sphinx
Osiris















Terdapat pula satu ruangan sempit, mungkin berkisar 1mx3m yang diletakan di tengah-tengah zona. Ruangan sempit ini terbuat dari batu yang sudah diukir menggunakan huruf Mesir Kuno. Saya seperti masuk ke dalam sebuah pyramida di Giza yang nantinya akan menuntun saya ke sebuah makam kuno para raja-raja Mesir.

Semua yang dipajang hampir masih dalam keadaan baik, namun beberapa gulungan papirus nampak mulai pudar atau para arkeolog hanya mendapat sebagian potongan saja.

Near Eastern Antiquities
Zona ini merupakan zona terbaru nomor dua sebagaimana penjelasan yang saya dapat dari alat informasi.

Menyajikan peradaban Timur sebelum datangnya Islam, zona ini dibagi menjadi tiga wilayah, yaitu Levant, Mesopotamia (Irak dan Suriah), dan Persia (Iran). Seni-seni yang ditampilkan lebih banyak kepada batu mozaik dari marmer yang sangat indah. Beberapa jenis tergolong dalam ukuran besar dan ada beberapa bagian yang belum ditemukan atau hilang.

Terdapat kaligrafi yang diukir di atas batu dengan sangat rapihnya. Membuat saya dan Levina tercengang melihatnya. Bagian Persia berisi karya dari periode kuno, seperti misalnya Kepala Penguburan dan juga Pemanah Persia dari Darius. Bagian ini juga berisi benda-benda langka yang berasal dari Persepolis.

Greek, Etruscan, dan Roman
Zona ini berisi karya-karya yang berasal dari Mediterania Basin mulai dari zaman Neolithic abad ke-6.  Merupakan salah satu zona tertua, koleksi di dalamnya membentang dari periode Cycladic. Fokus zona ini adalah patung Venus de Milo yang sangat terkenal sebagai simbol seni klasik.

Zona ini tidak kalah besar dengan zona Egyptian. Mungkin keduanya sama besar sehingga kerap kali membuat saya dan Levina merasa bolak-balik di antara kedua zona ini.

Karya-karya yang ditampilan dimulai dari seni kerajaan yang diperoleh pada masa Francis I. Awalnya, koleksi difokuskan pada patung marmer, contohnya adalah Venus de Milo.



Venus de Milo


Terdapat banyak patung dewa-dewi di zona ini, contohnya Athena, Hermes, Apollo, dan Aphrodite. Tidak hanya dalam satu bentuk, namun dalam beberapa bentuk yang berbeda. Selain itu, terdapat pula patung kepala dari tiga filosof terkenal, yaitu Socrates, Plato, dan Aristoteles (ketiganya merupakan filosof favorit saya).



Aristoteles, Plato, Socrates

Athena



Selain patung-patung, terdapat pula Sarkofagus, yaitu peti mati dari batu dengan varian bentuk dan warna.

Dalam zona ini, Louvre memegang karya dari era Helenistik, termasuk The Winged Victory of Samothrace dan (tentu saja) Venus de Milo. Potret Romawi juga tergambarkan dari potret Agripa dan Annius Verus; dengan perunggu Greek Apollo of Piombino

Islamic Art
Koleksi seni Islam merupakan salah satu zona terbaru di Museum Louvre yang terdiri dari rentang “tiga belas abad dan tiga benua”. Terdiri dari berbagai macam keramik, kaca, kayu, gading, karpet, tekstil, dan juga miniature.

Beberapa karya yang ditampilkan adalah Pyxide d’al-Mughira, kotak gading abad ke-10 dari Andalusia, Baptistery daru Saint-Louise, sebuah baskom kuningan yang berukir dari abad 13 atau 14 periode Mamluk, dan Kain Kafan abad ke-10 dari Saint-Josse, Iran.

Walaupun zona ini tidak seluas zona lain dan benar-benar masih terasa baru, namun karya-karya yang dipajang cukup membuat saya ternganga saking indahnya. Terlebih lagi pada seni mozaik. Walaupun ada beberapa bagian yang hilang atau belum ditemukan, tetap saja terlihat keindahannya.

Sculpture
Walaupun di zona Yunani, Etruscan, dan Romawi terdapat banyak jenis patung, tetapi di zona Sculpture ini berisi karya-karya pemahat di luar zona tersebut. Dengan kata lain, isi dari zona ini adalah patung-patung yang tidak termasuk dalam Yunani, Etruscan, dan Romawi. Zona ini sebelumnya merupakan bagian dari Decorative Arts, sebelum akhirnya dipisah pada tahun 2003.

Awalnya, zona ini berisi koleksi sebanyak 100 buah saja yang merupakan sisa dari koleksi patung kerajaan yang berada di Versailles.

Zona ini dibagi menjadi dua, yaitu karya asing di sayap Denon dan koleksi patung Perancis yang berisi karya romantic seperti Daniel in the Lion’s Den dan Virgin of Auvergne dari abad ke-12 yang terdapat di sayap Richelieu. Pengaruh Renaissance membuat patung Perancis menjadi lebih terkendali, seperti yang terlihat di Jean Goujon’s Bas Relief dan Germain Pilon’s Descent from the Cross dan Resurrection of Christ.

Karya neoklasik dihidupkan kembali dalam Psyce Antonio Canova dalam Cupid’s Kiss.

Lukisan
Fokus saya di zona ini adalah tak lain dan tak bukan, lukisan Mona Lisa karya Leonardo da Vinci. Termasuk dalam zona Italia, Mona Lisa sangat menarik perhatian pengunjung sampai-sampai saya berdesakan ketika ingin memotret dari jarak dekat. Tetapi, akibar ketenaran Mona Lisa itu sendiri, untuk melihat lukisan ini dari jarak dekat pun masih terlihat begitu jauh karena diberi pembatas. Selain itu, lukisan Mona Lisa juga ditutup menggunakan kaca, mungkin untuk menghindari pencurian yang pernah terjadi sebelumnya.



Mona Lisa

Diberi kaca agar tidak terjadi pencurian





















Mona Lisa atau La Joconde dalam bahasa Perancis merupakan lukisan setengah badan seorang wanita yang telah diakui sebagai “yang paling terkenal, yang paling banyak dikunjungi, paling banyak ditulis, paling banyak dinyanyikan, serta paling banyak diparodikan di dunia.”

Lukisan yang katanya merupakan potret Lisa Gherardunu, istri dari Francesco del Giocondo, diyakini telah dilukis antara tahun 1503 dan 1506. Lukisan ini telah diakuisisi oleh Raja Francis I dari Perancis dan kini menjadi milik Perancis sejak tahun 1797.

Ekspresi ambiguitas yang ditampilkan oleh subjek sering dikatakan sebagai hal yang misterius. Dikatakan memiliki makna semiotika tersendiri, mulai dari penempatan tangan, background lukisan, sampai kepada senyumnya yang misterius.

Mona Lisa memang merupakan daya tarik utama yang membuat saya ingin berkeliling Museum Louvre.

Selain itu, terdapat pula lukisan The Last Supper dan Madonna of the Rock atau Virgin of the Rocks.

***
Tidak terasa sudah hampir lima jam kami berputar-putar mengagumi karya-karya yang luar biasa. Sampai akhirnya Ibu saya mengirimkan pesan singkat yang menanyakan keberadaan kami. Sebagai informasi, Ibu dan Tante Melvin tidak ikut mengitari Louvre. Mereka memilih untuk duduk di café, menghirup secangkir Hot Chocolate.
Sekitar jam setengah tujuh malam, akhirnya kami berempat keluar dari kawasan Louvre. Langit masih cerah dan matahari baru akan terbenam sekitar jam 10 malam. Louvre jelas memberikan pembelajaran yang banyak dalam berbagai hal.

“Kalian membutuhkan waktu seharian untuk berkeliling Louvre,” ujar tour guide saya sebelum kami memasuki Louvre.

Dan memang benar, waktu lima jam tidak cukup untuk melihat keindahan karya-karya seni yang dipamerkan di Louvre.




Oleh :
Natasha R. Sinsoe
11140110244

                                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar