Rabu, 19 Juni 2013

Keberhasilan Itu Berawal dari Mimpi

Agnesia Wardhani
11140110096
Kelas B1

        Hanya mereka yang berani gagal dapat meraih keberhasilan, kata-kata yang di buat oleh Robert F. Kennedy ini mungkin cukup jelas menggambarkan bagaimana kesuksesan merupakan suatu proses yang harus kita lalui.
     Linggom Nainggolan adalah satu dari sekian banyaknya orang-orang yang pernah mengalami kegagalan hingga akhirnya ia dapat menuai sebuah keberhasilan. Linggom lahir pada tanggal 19 Juli 1984, ia lahir di sebuah desa kecil di Pematang Bandar, Sulawesi Utara. Pria berusia 28 tahun ini merupakan anak ke empat dari enam bersaudara. Terlahir dari keluarga yang memiliki ekonomi pas-pas an membuat Linggom harus berusaha agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga, cita-cita nya adalah menjadi seorang pembela negara entah itu menjadi seorang Polisi, Tentara, Angkatan Laut, maupun Angkatan Udara.
     Dengan bermodalkan tekadnya bahwa ia akan berhasil didalam mengejar cita-citanya maka Linggom bertolak ke Irian Jaya untuk mengikuti tes Poilisi dan Tentara, 2 kali ia mengikuti tes Polisi dua kali pula ia harus menahan rasa sakitnya sebuah kegagalan, kemudian ia mencoba tes Tentara akan tetapi tetap saja ia harus merasakan kegagalan. “Satu saja mimpi besar saya yaitu ada pistol di pinggang saya” tuturnya sambil tersenyum kecil. Dengan mata yang mulai memerah Linggom mengingat kembali saat-saat dimana ia harus berjuang demi cita-citanya itu, sangat sulit diterima dimana saat itu semua panitia mengenalnya sebagai salah satu peserta yang sangat berprestasi, ketika mengikuti tes samapta yaitu tes tahap awal dan juga merupakan salah satu tes utama dalam seleksi menjadi seorang Polisi, ia selalu menjadi juara dalam ketujuh tes samampta tersebut. Akan tetapi rencana Tuhan berbeda dengan apa yang menjadi cita-citanya selama ini.
     Disaat ia menyerah dan kecewa terhadap dirinya sendii, akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke Jakarta, bekerja di sebuah perusahaan kecil milik abangnya, disini Linggom dididik bagaimana menjadi seorang pekerja, bagaimana ia harus memiliki keahlihan menjual karena saat itu ia menjadi seorang sales. Banyak hal yang dirasakan cukup sulit termasuk beradaptasi dimana menjadi seorang sales sangat jauh berbeda denga jiwa nya. pada tahun 2008, Linggom mengambil sebuah keputusan yang diluar rencana keluarganya maupun diluar rencanya selama ini yaitu dapat meraih gelar gelar sarjana. Keinginan tersebut datang dari seorang sahabat yang membawanya mengikuti tes di salah satu perguruan tinggi yang ada di Tangerang dan pada akhirnya Linggom lulus tes dan mengikuti perkuliahan seperti mahasiswa lainnya.
     Kuliah sambil bekerja bukanlah merupakan hal yang gampang, bangun pagi ia harus bekerja pulang kerja ia harus kuliah. Semula ia harus beradaptasi dengan suasana kehidupan yang baru, hari itu dirasakan nya merupakan hari yang sangat melelahkan, pulang dari kampus sampai dirumah sudah jam sepuluh malam “Jujur kalau perut ini sudah minta makan sebenarnya, lapar sekali tetapi ketika melihat kasur saya langsung ingin tidur” melewatkan makan malam dan terbangun dengan keadaan  lapar sudah menjadi hal yang biasa bagi Linggom, kerja keras di kantor dan di kuliah sudah menjadi bagian dari hidupnya.  
     Di awal perkuliahan dirasakan cukup berat bagi Linggom, pada semester pertama nilainya anjlok kemudian pada semester kedua mengalami sedikit peningkatan begitu pula selanjutnya pada semester-semester berikutnya nilainya meningkat dari semester sebelumnya. Pada saat jam kuliah ia harus memfokuskan diri untuk menerima materi pelajaran. Pukul 08.00 pagi ia sudah harus pergi ke kantor dan pukul 17.00 sore ia pulang, lalu kapan ia harus belajar sementara pukul 17.30 ia sudah harus berada di kampus, Linggom harus pintar dalam membagi waktu, disela-sela waktu luangnya di kantor ia kembali mempelajari materi yang diberikan dan mengerjakan tugas-tugas kuliah. Merupakan satu cara pembelajaran yang cukup berbeda dengan mahasiswa yang fokus untuk kuliah adalah mereka dapat kapan saja belajar tanpa mengganggu waktu istirahat dan waktu bersama keluarga mereka, sedangkan yang ia merasakan sulit sekali mendapatkan waktu luang jangankan untuk bersantai memiliki waktu istirahat yang cukup saja di rasakan sangat sulit ia dapatkan.
     Akan tetapi, satu hal yang mebuat semangatnya tidak pernah pudar dalam kuliah adalah ia menyadari semua yang ia jalani merupakan sebuah keputusan yang ia sudah ambil, tidak seorang pun yang memaksa ia untuk kuliah dan tidak kalah penting adalah  ia membiayai kuliah dengan hasil jerih payahnya sendiri jadi tidak ada alasan untuk bermalas-malasan, bolos dari mata kuliah apalagi berniat untuk meninggalkan bangku kuliah, hal itu sangat jauh dari pikiran Linggom ia benar-benar ingin berhasil di dunia pendidikan dan menjadi kebanggan bagi kedua orang tuanya. Begitu ia melangkahkan kaki ke kampus tujuannya hanya satu yaitu untuk belajar.
     Di tahun 2010, Linggom mengundurkan diri dari pekerjaannya, ia bermimpi akan membangun sebuah perusahan milik ia sendiri. Satu hal yang sangat ia percayai adalah orang-orang yang mengandalkan Tuhan akan selalu diberkati atas segala usaha dan pekerjaannya. Pada awalnya ia merasa sangat tertekan dimana setiap bulannya ia selalu menadapat gaji namun sekarang ia tidak mendapat apa-apa setiap bulannya. Hari itu ia mendapat proyek yang cukup besar dan ini merupakan proyek perdananya nilainya hampir mencapai Rp. 1.000.000.000. akan tetapi yang menjadi pertanyaan adalah dimana ia harus mencari modal dengan jumlah sebanyak itu mengingat perusahaannya pun adalah perusaan baru, untuk menyewa kantor, membeli peralatan kantor dan membeli sepeda motor saja sudah menghabiskan uang tabungan, akan tetapi Linggom lagi-lagi merasakan bahwa hidupnya sangat diberkati proyek tersebut akhirnya berhasil ditangani dan usahanya kembali mulai menunjukan titik terang ia di percayakan untuk menangani proyek-proyek berikutnya.
     Meski saat ini Linggom sudah dapat dikatakan berhasil dan tentu saja ia akan semakin disibukan oleh pekerjaannya, akan tetapi Linggom tidak ingin menjadi orang yang sombong. Dalam satu minggu ia meluangkan berkumpul dengan komunitas gerejanya, disana ia sharing banyak hal kepada teman-temannya dan disana pula bisnis dan perusahaannya selalu di doakan.
     Dengan kerja keras dan dengan belajar yang giat akhirnya ia dapat menyelesaikan kuliah dalam waktu empat tahun, 20 Oktober 2011 Linggom resmi manjadi seorang sarjana ekonomi. Salah satu mimpi besarnya akhirnya terwujud yaitu menjadi kebanggaan bagi kedua orang tuanya.
     Dengan kegigihanya pula saat ini ia dapat memimpin ke empat perusahaannya. Sebagai seorang yang sangat merasakan kuasa Tuhan bekerja atas hidupnya Linggom membuat sebuah ruangan doa di kantornya, disana setiap pukul 09.00 WIB Linggom dan semua karyawannya meluangkan waktu untuk berdoa, berdoa untuk perusahaan yang sedang mereka rintis dan mengucap syukur atas perkenanan Tuhan atas hidupnya dan keluarganya.
     Maria, adik dan juga salah satu karyawan Linggom mengakui bahwa Linggom merupakan sosok pria yang mau bekerja keras dan mempunyai semangat yang tinggi. Selain itu juga Linggom adalah seorang yang sangat menjunjung tinggi profesionalisme. Maria tidak hanya satu kantor dengan Linggom mereka juga tinggal dalam satu rumah, maka dengan begitu ia merasakan betul bahwa Linggom dapat menepatkan diri sebagai kakak dan juga sebagai bos. Diakui Maria, Linggom tidak pernah membawa masalah di kantor ke rumah dan begitu pula sebaliknya tidak pernah membawa masalah di rumah ke kantor.
     Didalam kesehariannya Linggom juga  dikenal sebagai orang yang ramah dan sangat peduli terhadap orang yang berkekurangan, ia sadar betul bagaimana rasanya hidup dalam ekonomi yang pas-pas an. Setiap satu bulan sekali juga Linggom menjadwalkan untuk berkumpul bersama keluarga besarnya yang ada di Jakarta. Selain menjadi seorang bos dalam sebuah perusahaan ia juga aktif di dalam pelayanan gereja, ia juga menyadari bahwa semua yang ia dapatkan dan yang bisa ia rasakan saat ini karena pertolongan Tuhan, maka denga itu ia akan mengungkapkan rasa syukurnya dengan menjadi pelayan Tuhan di sebuah gereja yang ada di Gading Serpong.
     Masih dalam keadaan tidak percaya bagi Linggom dapat merasakan dan melihat buah dari kerja kerasnya selama ini, bagaimana tidak sebelumnya untuk biaya sehari-hari saja ia harus berhemat, akan tetapi saat ini ia tidak hanya dapat memenuhi kebutuhannya sendiri melainkan juga dapat memperbaiki ekonomi keluarga. Linggom juga masih tidak percaya bahwa seorang anak yang terlahir dari sebuah desa kecil, saat ini dapat bersaing hidup dengan orang-orang yang ada di metropolitan.
     Tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin adalah bagaimana ia harus menjadi panutan dan contoh bagi karyawannya, termasuk bagi adiknya yang juga saat tinggal bersamanya. Dimana ia harus menggantikan peran kedua orang tuanya untuk mengurus adik bungsunnya tersebut, memberi pengwasan dan menjaga kepercayaan orang tua yang diberikan kepadanya.
     Di usianya yang masih terbilang muda untuk menjadi seorang atasan tentu merupakan hal yang sangat membanggakan. Salah satu dari sekian banyak harapan dari seoramg Linggom adalah dapat mencetak pengusaha-pengusaha baru, ketika melakukan briefing setiap pagi sebelum memulai aktifitas kantor ia selalu menekankan kepada seluruh karyawannya bahwa tiga atau empat tahun kedepan kalian harus menjadi pemimpin. Merupakan suatu hal yang indah jika itu dapat terjadi, semua yang menjadi staf nya suatu saat dapat berada di tingkatan pebisnis-pebisnis yang handal.
     Linggom mengaku bahwa ia belajar dari orang-orang China, dimana ia melihat dalam diri mereka adalah sikap saling membantu, tolong menolong “Orang Chines itu bapaknya sukses, anaknya sukses, cucunya pun sukses” tegasnya. Itulah yang yang menjadi harapan Linggom dapat melihat keluarganya berhasil. Visi dan Misi nya adalah dapat menghasilkan orang-orang yang berhasil didalam pekerjaannya, didalam keluarganya dan membantu mereka menjalankan rencana Tuhan dalam kehidupannya.
     Linggom juga berharap kisaha dan perjuangan dengan segala kegagalan yang pernah ia alami, kisahnya dapat memberikan banyak inspirasi kepada orang banyak, terutama kepada orang-orang yang saat ini sedang berjuang. Kekalahan yang kita alami hanya lah sebuah ujian, untuk menjadikan kita sebagai manusia yang terus mau belajar dan berjuang. Ia juga menegaskan bahwa jika apa yang kalian inginkan tidak sampai kepada titik keberhasilan percaya lah bahwa keberhasilan yang ada di tempat lain sudah di siapkan bagi kalian yang mau terus berusaha. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar