Rabu, 19 Juni 2013

Pesona Mey Diana Sari

oleh Erwanto Khusuma (11140110021)



Wanita itu paling tinggi di antara teman-temannya. Dia mengenakan almamater khas kampusnya, Universitas Multimedia Nusantara, dengan kemeja merah di dalamnya. Matanya sibuk memerhatikan sekitar. Sesekali dia melihat ponsel yang ia genggam. Dia melempar senyuman ketika melihat saya.

Jam tangan saya menunjukkan pukul 15.40 WIB, saya sudah menunggunya selama 30 menit. Matahari sore pun menembus kaca kampus yang terlihat biru dari luar. Kami berjabat tangan, kemudian lesehan di lobby rektorat kampus. 

Penampilannya dengan make up yang tidak menonjol dan tinggi badannya yang melebihi saya memang membuatnya tampak anggun. 

Dia menghadiri salah satu seminar di Communication Festival yang diadakan oleh organisasi mahasiswa komunikasi UMN. Selain itu, dia juga berkesempatan untuk bertemu dengan pembicara di seminar tersebut, Daniel Mananta.

Sore itu, 23 Mei 2013, tepat hari ke tiga acara itu berlangsung. Ada seminar dari salah satu produsen baju ternama di Indonesia, Damn I Love Indonesia.

Dengan mudah dia bisa bertemu dan bercengkrama dengan Daniel, wanita itu tidak lain adalah Mey Diana Sari, Miss Banten yang sekaligus finalis Miss Indonesia 2013. Meskipun tidak memenangi gelar Miss Indonesia, namun prestasinya sudah membanggakan bagi orang tua, teman-teman, kampus, dan dirinya sendiri.

Seperti yang dilansir ultimagz-online.com, Daniel Mananta adalah presenter dari ajang Miss Indonesia 2013, di awal acara dia sempat mengutip syair Kahlil Gibran bahwa kecantikan bukan terdapat pada raut wajah, tapi terpancar bagai serunai sinar dari dalam hati.

Miss Indonesia ini memang merupakan ajang tahunan yang diselenggarakan oleh MNC melalui Yayasan Miss Indonesia. Ajang ini diperuntukkan untuk mempersiapkan figur seorang wanita Indonesia yang akan menjadi duta di bidang sosial, budaya, dan ekonomi di forum-forum internasional.

Aspek yang dipakai dalam penilaian Miss Indonesia sejak 2008 adalah MISS, yakni Manner (Tingkah Laku), Impressive (Mengesankan), Smart (Pintar), Social (Berjiwa Sosial). Pemenang yang bergelar Miss Indonesia ini bertugas untuk melanjutkan kompetisi ke ajang Miss World.

“Itu awalnya saya langsung datang ke RCTI waktu audisi dibuka,”  katanya pada saya sore itu.
Pada ajang tahun 2013 ini, gelar Miss Indonesia disematkan kepada Vanisa Larissa, perwakilan Kalimantan Barat.

Meydi, sapaan akrabnya, mewakili provinsi Banten dalam ajang ini. Namun dia tidak berhasil memasuki sepuluh besar dari ajang yang memiliki slogan “Semua Mata Tertuju Padamu” tersebut. Namun melalui penghitungan suara Miss Favourite, Meydi berhasil menduduki posisi ketiga.

Meydi berkesempatan untuk mengikuti ajang tahunan tersebut, namun dia mengaku, memang tidak mudah untuk bersaing dengan 32 kontestan lainnya. Selain itu dia juga susah untuk berbaur pada awalnya, dikarenakan perbedaan budaya dari tiap pribadi yang berada di karantina.

“Jadi yang awalnya sih mungkin sehari dua hari berbaur itu emang agak susah sedikit, tapi berhubungan saya orangnya cukup friendly, saya yang cukup humoris jg, jadi bisa lebih cpt berbaur,” kata Meydi.

Sifat humorisnya memang terlihat saat pertama kali saya bertanya tentang hambatan selama masa karantina, “Selama karantina? Kesulitannya adalah karena saya tidak boleh memegang hp,” ujarnya kemudian tertawa dan berusaha mengonfirmasi bahwa pernyataannya tadi hanya candaan.

Meydi lahir dari pasangan  Jap Tjoen Beng dan Octavianti di Jakarta, 20 Mei 1992. Keduanya asli dari Jakarta, namun sejak tahun 1999 mereka pindah ke Tangerang. Dia memiliki seorang adik laki-laki bernama Samuel Ade Putra.

Meydi kecil adalah seorang anak gadis yang supel dan periang. “Dia selalu perhatian banget dengan keadaan orang-orang di sekitarnya,” Ujar Octavianti.

Gadis periang itu tumbuh menjadi wanita yang menarik perhatian pria, badannya yang proporsional, tinggi, paras yang cantik, serta keramahannya membuat semua orang senang dengan dirinya.

Octavianti sendiri mengaku tidak menuntut banyak dari anak sulungnya ini sejak kecil. Dia hanya membekali Meydi dengan ilmu pengetahuan umum dan agama.
 “Kalau Meydi bisa berprestasi itu smua karena anugrah Tuhan,” ujarnya pada saya.

Meydi merupakan tipikal anak yang terbuka dengan orang tua, dia bisa menceritakan semua hal secara blak-blakan pada mamanya.

Enam tahun yang lalu, wanita yang suka makan gado-gado ini masuk ke SMA Santa Patricia, Tangerang.

Tahun 2010, gadis berzodiak Taurus ini menginjakkan kakinya di jenjang kuliah, dia memilih salah satu universitas yang umurnya masih muda, yaitu Universitas Multimedia Nusantara (UMN), jurusan Ilmu Komunikasi dengan konsentrasi Public Relations.

Dukungan dari sahabat dan orang tua membuatnya bahagia. Mereka hadir saat malam puncak ajang Miss Indonesia 2013 di Kemayoran, Jakarta pada Rabu 20 Februari 2013.

“Luar biasa, papa dan mama mereka paling mensupport saya!” ujarnya.

Octavianti juga menegaskan bahwa, dia dan suaminnya mendukung prestasi anaknya.  “Bangga pastilah, kalau untuk dukungan ya mensupport saja, dan yang pasti mendoakan supaya Tuhan memberikan yang terbaik”.

Octavianti juga mengaku bahwa anaknya baru pertama kali mengikuti ajang-ajang kecantikan seperti ini. “Kalau untuk ikutan ajang-ajang pemilihan baru sekarang-sekarang ini,” ujar wanita berwajah ramah itu pada saya.

Selama di karantina, Meydi dan kontestan lainnya diajari untuk menjalin rasa kekeluargaan yang besar. “kita diajarin bagaimana sama yang lebih tua harus panggil kakak, bahkan hanya beda sehari,” ujarnya.

Kegiatan sosial dari para finalis Miss Indonesia yang kita saksikan di televisi ternyata bukan hanya aksi di depan kamera, mereka benar-benar berkunjung dan merasakan kebersamaan dengan orang lain. Meydi sendiri mengaku bahwa itu merupakan pengalaman yang tidak dapat ia lupakan. “Kita mengadakan banyak kunjungan, salah satunya itu yang paling saya tertarik adalah kunjungan ke balai kota dan panti jompo,” ujar wanita yang hobi main piano ini.

Meydi mengaku ingin berkecimpung di dunia hiburan Indonesia nantinya, namun dengan statusnya yang masih seorang mahasiswi, dia ingin kembali fokus ke dunia pendidikannya dulu. “Saya lebih fokus sekarang di kuliah, karena saya udah semester 6, sebentar lagi mau skripsi dan magang. Jadi lebih fokus ke sana biar cepat lulus,” kata Meydi.

Wanita yang sekarang sibuk dengan dunia modelling dan aktivitas sosial untuk gerejanya juga mengaku memiliki banyak teman yang sangat baik dan membantunya dalam mengejar ketertinggalannya dalam perkuliahan yang sempat ia tinggalkan sejenak saat mengikuti ajang tahunan tersebut.

“Kebetulan saya punya teman-teman yang sangat luar biasa, jadi mereka yang catat apa-apa aja yang materi-materi yang selama dua minggu saya ketinggalan,” ujarnya sambil mengarahkan tangan kanannya pada teman-temannya.

“Terus kalau materi untuk menghadapi uts kemarin, ya mereka juga yang ngebantu, ‘ini ada slide ini, lu pelajarin ini terus kisi-kisinya ini’,” tutur Meydi semangat.

Setelah mengikuti ajang Miss Indonesia, Meydi mengaku bahwa beberapa hal berubah, mulai dari lebih sering merias diri, memerhatikan tutur kata, dan tingkah laku. “Kenapa begitu, karena pas saya keluar rumah nanti, dilihat sama orang, nanti orang bakal bilang ‘oh ya, dia memang pantas jadi Miss Banten’,” ujarnya pada saya sore itu.

Namun, tidak ada aksi sosial lainnya yang berkaitan dengan Miss Indonesia itu sendiri. Dia masih berkonsentrasi di dunia pendidikannya.

“Dari februari keluar dari karantina sampai saat ini belum ada kegiatan sosial yang saya lakukan, tapi saya emang tergabung di orang tua asuh di gereja saya,” kata wanita yang berumur 21 tahun ini.

“Untuk kehidupan hihihi hahaha dengan mereka (sahabat) tidak ada yang berubah,” tambahnya.

Windyanarti, sahabat Meydi di kampus mengaku bahwa tidak ada perubahan, terutama dari sikap Meydi setelah mengikuti ajang tersebut. “Gak ada yang berubah, dia sama seperti yang dulu, masih baik,” ujarnya pada saya.

Windy, sapaan akrabnya, sudah berada di kelas yang sama bersama Meydi sejak semester satu, mereka semakin dekat di semester dua sampai saat ini.

Memang bukan rahasia lagi, Meydi menjadi cukup terkenal di kampus karena prestasinya. Mengikuti ajang sebesar Miss Indonesia tentu membuatnya menjadi “incaran” para pria di kampus yang berada di Serpong tersebut.

Raut wajahnya nampak terkejut dan ia spontan tertawa saat saya menanyakan soal kehidupan cintanya. ”Belum punya pacar, karena saya berpikirnya kalau saya punya pacar saat ini akan terbagi ya,” ujarnya kepada saya.

Dia menyenderkan punggungnya pada tembok putih di belakangnya. Teman-temannya duduk di sisi lain, berusaha untuk tidak mencampuri perbincangan kami. Wajahnya agak tirus, namun pipinya merah merona dan senyumannya yang manis, pria mana yang tidak dibuat meleleh olehnya. Namun, belum adanya keinginan untuk membangun sebuah hubungan lagi, membuat beberapa pria yang mendekatinya harus gigit jari.

“Kalau yang deketin ada, ada beberapa cowok yg coba deketin, tapi ya langsung di cut dari awal,” kata Meydi.

Meydi juga mengaku bahwa akan terasa bingung baginya untuk membagi waktu bila dia memiliki pacar saat ini, melihat juga pada kesibukannya saat ini. “Tapi kalau saat ini punya pacar, agak bingung cara bagi waktunya dengan keluarga, ada teman juga, pacar jg,” katanya pada saya.

Namun, Meydi sendiri memiliki kriteria pria yang dia ingin jadikan pacar, “Tipe cowokku yang seiman pastinya dewasa, lebih tinggi dari aku,”

Hal serupa juga dinyatakan Octavianti, putri sulungnya ini belum mau punya pacar. “Takutnya ribet kuliah, ada pacar jadi takut gak fokus kuliah,” ujarnya pada saya.

 “Meydi gak pernah cerita soal cowok, tapi dia emang belum mau pacaran,” ujar Windy.
Meydi sendiri ternyata pernah menjalin hubungan dengan seorang pria di kampusnya, yang tidak disebutkan namanya, namun tidak berlanjut. “Pacaran terakhir tahun lalu,” ujarnya pada saya.

Memang bukan rahasia umum lagi bahwa dirinya sekarang menjadi pujaan banyak pria. Banyak juga yang berusaha mendekatinya, namun mereka harus mengurungkan niat mereka, karena Meydi sendiri juga mengaku punya kriteria umur untuk kembali menjalin hubungan.
“Kalau saya udah umur 22 dan sudah selesai kuliah masih bisa menghabiskan waktu dengan dia(pacar),” ujarnya pada saya sebelum kami mengakhiri perbincangan kami.

Lobby kampus sudah mulai sepi, beberapa stand dari acara tersebut mulai tutup. Jam tangan saya menunjukkan pukul 16.00 WIB.

Meydi sudah harus beranjak, teman-temannya sudah menunggu. Di akhir perbincangan kami, Meydi kembali melemparkan senyumannya pada saya saat saya mengucapkan terima kasih padanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar